Hujan
Hari ini dia datang lagi, membasahi bumi. Membawa kehidupan, kesejukan, dan kenangan. Ia datang membawa nuansa damai. Namun terkadang ia membawa kegelisahan. Ia jatuh tanpa peduli apakah orang-orang terbungkam karena kehadirannya. Hujan. Diam-diam telah dirindukan. Namun sekaligus dibenci. Hujan terkadang datang membawa kenangan. Terkadang datang membawa kepedihan. Ataukah sebenarnya, kepedihan itu berasal dari kenangan?
Mungkin, akulah orang yang merindukan hujan, sekaligus membencinya itu. Karena dengan hujan, aku dapat terbawa oleh irama kepedihan. Irama itu mengantarkanku untuk sampai padamu, lewat tirai imajiku. Kepada hujan aku berharap, agar dia menghapus jejak-jejak kerinduanku yang tanpa permisi telah memenuhi taman hatiku.
Ketika nanti hujan pergi, aku berharap, dia akan meninggalkan seberkas pelangi, sebagai salam perpisahan.
Terkadang aku bertanya, apakah merindukanmu harus selalu menunggu hujan?
Apakah merindukanmu, harus selalu sesakit ini?
Atau, jika aku merindukan orang lain, apakah rasanya akan sakit sebagaimana aku merindukanmu?
Entahlah. Aku tak tau bagaimana rasanya. Karena selama ini aku tak pernah merindukan seseorang selain dirimu.
Mungkin, akulah orang yang merindukan hujan, sekaligus membencinya itu. Karena dengan hujan, aku dapat terbawa oleh irama kepedihan. Irama itu mengantarkanku untuk sampai padamu, lewat tirai imajiku. Kepada hujan aku berharap, agar dia menghapus jejak-jejak kerinduanku yang tanpa permisi telah memenuhi taman hatiku.
Ketika nanti hujan pergi, aku berharap, dia akan meninggalkan seberkas pelangi, sebagai salam perpisahan.
Terkadang aku bertanya, apakah merindukanmu harus selalu menunggu hujan?
Apakah merindukanmu, harus selalu sesakit ini?
Atau, jika aku merindukan orang lain, apakah rasanya akan sakit sebagaimana aku merindukanmu?
Entahlah. Aku tak tau bagaimana rasanya. Karena selama ini aku tak pernah merindukan seseorang selain dirimu.
Diketahui: Hujan
BalasHapusDitanya: apakah merindukanmu harus selalu menunggu hujan?
Jawab: Coba bertanya pada langit tua, langit tak mendengar
Aril piterpen
Hapus