Meja Makan
Seingatku, pagi ini adalah pagi yang menyenangkan. Mungkin, salah satu yang terbaik.
Pagi ini, menu sarapannya adalah ikan bakar. Mungkin terkesan tidak biasa. Tapi bagiku cukup lumrah. Karena bapakku suka ikan dan suka memancing. Dari kecil aku sudah disuguhi berbagai jenis ikan dan berbagai olahan ikan. Jadi, bagiku, selama itu ikan, menu tersebut adalah menu yang biasa. Mungkin itu juga yang menjadi alasan mengapa aku suka ikan. Karena bapakku suka memancing. Mungkin jika bapakku suka beternak ayam, aku akan lebih suka ayam dibanding ikan. Entahlah, tidak tahu juga.
Hari ini, setelah sekian lama, aku sekeluarga makan bersama. Benar-benar definisi bersama. Makan di tempat yang sama dan di waktu yang sama. Kami berkumpul, menyerbu ikan bakar. Ikan hasil pancingan bapak kemarin. Tak lupa pula lalapan dan sambal sebagai teman ikan bakar tersebut. Ya, sebenarnya sambalnya sederhana, hanya sambal kecap ditambah irisan bawang merah, cabai dan sedikit ditambah perasan jeruk nipis. Tapi ini adalah menu favoritku. Salah satu menu terbaik.
Kami makan bersama. Tanpa menggunakan sendok. Kami makan di ruang tengah. Tanpa meja dan kursi.
Kami tidak punya ruang khusus untuk makan. Kami juga tidak punya meja kursi khusus untuk makan. Dulu aku sedikit kecewa, kenapa rumahku tidak memiliki ruang makan. Kenapa keluargaku tidak punya meja makan. Dulu ku pikir keluarga impian adalah keluarga yang punya ruang makan dan selalu makan bersama di meja makan.
Namun seiring berjalannya waktu, aku tidak mempermasalahkan itu lagi. Ku rasa, yang seperti sekarang sudah sangat menyenangkan bagiku.
Meja makan. Kami tidak punya itu. Kebiasaan makan bersama pun kami tak punya. Sesekali kami makan bersama. Biasanya ketika menu makannya tidak biasa, atau ketika kedatangan anggota keluarga yang istimewa.
Dulu, kami makan bersama ketika ada nasi kendurian. Dulu, kami makan bersama ketika ibu membeli sate. Dulu, kami makan bersama ketika bapak pulang. Aku menantikan momen itu. Momen makan bersama.
Makan bersama pagi tadi, membuatku sedikit ingin menangis. Dulu aku menantikan momen makan bersama. Menanti menu yang tak biasa, menanti bapak pulang. Mungkin kini, akulah yang ditunggu. Ya, meskipun aku belum jadi apa-apa. Belum bisa memberi apa-apa.
Sarapan pagi ini adalah sarapan yang menyenangkan. Salah satu yang terbaik. Sarapan dengan menu favorit, bersama dengan orang-orang yang istimewa.
Komentar
Posting Komentar