Awal dan Akhir

Awalnya malas sekali untuk mulai bercerita kepada pagi. Sejuknya embun mau tak mau harus hilang, terbakar hangatnya matahari.
Panas. Terik emosi terkadang melingkupi diri yang jenuh. Dingin. Badai ego terkadang menghujani diri yang rapuh. Hingga seringkali angin berhembus. Terkadang angin menyejukkan. Terkadang angin marah.
Tak terasa, matahari harus bersinar di lain tempat. Kini saatnya ia pamit. Salam hangat dalam pelukan senja.
Hingga tiba saatnya senjapun berubah dingin. Ia bertukar dengan sang malam.
Diam-diam, dinginnya malam mengingatkan tentang hangatnya mentari. Terlintas indahnya hembusan angin yang sejuk ataupun seramnya angin yang marah. Masih jelas teringat, syahdunya pelukan senja sore tadi.
Dinginnya malam, perlahan mencairkan kerinduan pada mereka semua. Terima kasih, telah bersama-sama menyapa mentari selama 2 bulan. Terkadang berat sekali berpisah dengan senja. Namun, indahnya senja akan selalu terkenang dan diam-diam selalu dirindukan.
Mengapa selalu terbesit kesedihan disetiap indahnya senja. Antara tak ingin berpisah dengan mentari, atau tak rela jika sore berganti menjadi sepinya malam yang dingin. Awal dan akhir. Dua hal yang selalu ada dan saling terkait. Semua hal tidak akan berakhir jika tidak diawali. Ini bukanlah akhir, namun awal dari pengalaman baru. Entah berapa banyak awal yang sudah ku akhiri, dan berapa banyak awal yang tercipta akibat sebuah akhir. Waktu tidak akan menungguku bangkit ketika aku bersedih meratapi sebuah akhir. Waktu terus bergulir. Menciptakan awal-awal lain diatas akhir.
JTG 64 memang telah berakhir tugasnya sebagai tim kkn, tapi merupakan awal bagi ikatan yang lebih dari itu, ialah keluarga.
Tidak peduli, seandainya mereka tidak menganggapku sebagai keluarga. Itu hak masing-masing. Sebagaimana hak ku untuk menganggap mereka seperti keluargaku sendiri.
Terima kasih. Maaf bila ceritaku tak cukup menghibur pagi atau tak cukup menghapus sedihnya senja.

-parau-

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer