Bila kau tak tahan lelahnya belajar, kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan- Imam Syafi'i
Sebagian besar dari kita jika mendapatkan masalah yang sulit, sedikit banyak pasti mengeluh. Padahal, seandainya jika waktu untuk mengeluh itu kita gunakan untuk mencari solusi, pasti masalah itu akan lebih cepat terselesaikan. Namun, saya pribadi setuju, jika memang saat itu kita tengah pusing, menenangkan diri dulu sejenak itu tak apa. Maksudnya, tidak serta merta setelah ada masalah lantas kita langsung mencari solusinya sampai botak. Memikirkan suatu hal di tengah pikiran yang kacau tentu saja percum tak bergun. Hanya membuang tenaga dan waktu.
Menurut kakek Thomas Alfa Edison, keberuntungan adalah ketika KESEMPATAN bertemu dengan KESIAPAN. Keberuntungan menurut KBBI adalah nasib, kemujuran, keadaan beruntung. Sedangkan beruntung sendiri menurut KBBI adalah bernasib baik, mujur, bahagia, berhasil dan tidak gagal.
Memang hidup di dunia ini tidaklah mungkin selalu berhasil. Pasti pernah sesekali kita gagal. Namun, saya sendiri setuju dengan kek Thomas, bahwasanya keberuntungan akan terjadi, ketika ada kesempatan dan kita sendiri sudah siap. Kesempatan itu dapat terwujud karena berbagai faktor yang kompleks. Untuk itu, kita tidak dapat serta merta menciptakan sebuah kesempatan sesuai keinginan kita. Kesempatan datang terkadang tanpa diduga. Karena kita tidak dapat mengendalikan kapan kesempatan akan muncul, maka yang dapat kita maksimalkan adalah mengenai KESIAPAN. Kita dapat senantiasa mempersiapkan diri setiap waktu. Dengan demikian, ketika sewaktu-waktu terdapat kesempatan, persiapan kita sudah matang, dan terjadilah keberuntungan.
Seringkali kita merasa bahwa orang lain lebih beruntung dari kita, atau kita selalu lebih tidak beruntung dari orang lain (istilahnya, apes). Sebenarnya, seperti yang saya katakan diatas. Orang lain yang terlihat selalu beruntung, adalah karena orang itu telah siap siaga. Kesempatan yang datang, saya yakin, kita maupun orang itu berhak menggunakannya. Hanya saja, orang itu mungkin lebih siap dari kita sehingga kesempatan itu dimanfaatkan dengan baik oleh orang itu. Sedangkan kita, harus tersenyum masam karena telah membuang satu kesempatan yang berharga.
Tapi sekali lagi, tidak ada kata terlambat untuk menuju keberuntungan. Jika kata orang kesempatan tak akan datang dua kali, saya sendiri menganggap bahwa kesempatan itu selalu datang berkali-kali. Hanya saja kesempatan itu datang dengan cara yang berbeda dan momentumnya berbeda. Tapi, selama ada kesempatan, kita masih tetap bisa menciptakan keberuntungan selama kita memiliki kesiapan.
Sama halnya dengan cap sebagai orang PINTAR dan BODOH. Orang pintar selalu terlihat menonjol dan terlihat lancar menghadapi dunia "akademik"nya. Sedangkan orang bodoh, selalu terlihat sengsara, dan diambang kematian. Sebenarnya, yang membedakan keduanya hanyalah keberuntungan tadi. Orang pintar, cenderung lebih siap. Sedangkan orang yang bodoh, cenderung malas. Saya yakin, banyak diantara kalian berpendapat, bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya orang bodoh, hanya saja banyak yang lebih pintar. Mungkin ada juga yang berpendapat, di dunia ini tidak ada yang namanya pintar dan bodoh, yang ada hanyalah si rajin dan pemalas.
Ya, tentu, saya sepakat dengan pendapat itu. Orang bodoh yang rajin dan pantang menyerah lama kelamaan akan menjadi pintar. Sebaliknya, orang pintar yang pemalas, lama kelamaan akan kehilangan kepintarannya.
Lalu mungkin ada sebagian orang berpendapat, bahwa disuatu tempat ada orang yang sudah berusaha sekuat tenaga namun masih saja bodoh. Saya sendiri, kurang setuju. Tahu darimana jika dia sudah sekuat tenaga? Toh yang punya tenaga orang itu sendiri, bukan orang yang membicarakannya tadi. Lagipula, setiap individu itu unik. Terkadang orang tertentu sudah bisa memperoleh suatu hal hanya dengan usaha sebesar X. Tapi ada orang tertentu yang agar bisa memperoleh suatu hal yang sama memerlukan usaha X+Y.
Mereka berbeda, tapi mereka memiliki hak yang sama untuk memperoleh suatu hal tersebut. Perbedaannya adalah terletak pada seberapa lama mereka dapat bertahan dengan lelahnya usaha untuk mendapatkannya. Mungkin, si jenius bisa menggapainya dengan sekali langkah. Tapi jika si jenius sombong, dan cenderung bermalas-malasan, maka tanpa tersadar mungkin si bodoh sudah seratus kali lebih banyak melangkah dan sudah menggapai tujuannya tersebut.
Suatu keuntungan bagi si jenius, yang dengan sekali langkah sudah bisa sampai pada tujuan. Mungkin, alangkah lebih baiknya jika si jenius turut menarik si bodoh agar sama-sama mencapai tujuan itu. Tapi, namanya juga manusia, pasti ada ego masing-masing. Kadang si jenius lebih mudah terlena, sehingga yang ada di kepalanya hanyalah dirinya sendiri. Kadang si bodoh terlalu pesimis, padahal jika meminta bantuan pada si jenius, dia akan membantu.
Kiranya sudah cukup panjang tulisan ini, namun masih belum berkaitan dengan judulnya. Baiklah, kita mulai dari sekarang. Berdasarkan paparan-paparan diatas dapat kita ambil kata kunci. Beruntung, tidak beruntung, kesempatan, kesiapan, pintar, dan bodoh.
Yang ingin saya bicarakan mengenai judulnya, adalah, bahwasanya tanpa memiliki kesiapan, niscaya kita akan selalu menjadi orang yang rugi. Mengapa? Karena keberuntungan tercipta karena adanya kesempatan yang bertemu kesiapan. Sedangkan kesempatan selalu datang sewaktu-waktu. Nah kesiapan itu dapat kita peroleh dari belajar, belajar, dan belajar. Jika kita tak tahan dengan lelahnya belajar, maka kita harus tahan menanggung perihnya kebodohan. Kebodohan tercipta karena pengetahuan kita yang kurang. Kurangnya pengetahuan yang kita miliki, semata-mata adalah karena kita malas belajar. Dengan begitu, kita tidak memiliki kesiapan yang cukup. Sehingga, ketika kesempatan datang, kita tidak dapat memanfaatkannya dengan benar. Nah, dengan begitu pastilah kita menjadi orang yang tidak beruntung dan orang lain yang lebih siap akan lebih beruntung.
Karena sebagian besar manusia membuat acuan 'kebahagiaan' adalah berdasarkan apa-apa yang membuatnya untung, maka ketika manusia itu merasa lebih tidak beruntung, maka mereka tidak akan bahagia.
Masih tidak nyambung dengan judul? Hehe. Ku rasa juga begitu. Tapi, yang terpenting, semoga maksudku dalam tulisan ini dapat tersampaikan pada para pembaca yang budiman dan budiwoman.
Aamiin
BalasHapusBtw entah kenapa baca tulisan ini bikin aku teringat sama karma-kyun